ini merupakan sebuah cerita motivasi, sebuah renungan yang kebetulan datang dari pengalaman saya sendiri, sebuah cerita yang setelah membacanya tidak akan hilang seperti kepulan kabut dipagi hari yang menghilang karena matahari. namun renungkanlah dan bawalah cerita ini kedalam kehidupan sobat semua. maka ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup ini terasa indah dengan sebuah kata syukur.
Alhamdulillah..
betapa Jadwal kuliah padat, serta tugas-tugas menumpuk yang selalu mengejekku terasa membuatku merasa penat, dan pada akhirnya di selesaikan oleh berbagai keluhan yang keluar dari mulutku. Namun setelah bertemu dengannya, aku tersadar seberat dan sesibuk apapun kuliahku dan organisasiku, betapa masih beruntung dan bersyukurnya diri ini karena masih bisa memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu.
Alhamdulillah..
betapa Jadwal kuliah padat, serta tugas-tugas menumpuk yang selalu mengejekku terasa membuatku merasa penat, dan pada akhirnya di selesaikan oleh berbagai keluhan yang keluar dari mulutku. Namun setelah bertemu dengannya, aku tersadar seberat dan sesibuk apapun kuliahku dan organisasiku, betapa masih beruntung dan bersyukurnya diri ini karena masih bisa memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu.
Gumpalan
awan hitam mulai mengintai dan menyelimuti langit disore itu. Tetes demi tetes
air mulai menghujami segala sesuatu yang ada dipermukaan bumi, hanya dalam
beberapa hitungan detik, hujan seakan menampakkan betapa perkasanya, dengan
guyuran sangat amat deras. Jalanan kota
pekanbaru yang biasanya dipenuhi dan dipadati berbagai macam kendaraan, bahkan kemacetan yang sudah
menjadi sahabat para pengendara, kini seakan-akan tanpa kehidupan sama sekali, terasa
lengang, sunyi dan sepi terasa.
Sebagai
seorang mahasiswa semester satu dikala itu, hari-hariku disibukan dengan
berbagai kegiatan kampus dan amanah-amanah baru di organisasi. Berangkat pagi pulang sore hari ya seperti itulah,
belum ada yang istimewa hingga pada saatnya pada awal November 2012 saya
mendapatkan sesuatu yang luar biasa.
“payungnya
pak”, “payungnya bu’ ”, sapa seorang anak yang menghampiri para pengunjung yang
sedang menunggu hujan reda di pelataran Mall Pekanbaru sambil mengarahkan
payung hitam tanpa corak. Dia tak sendirian, ada beberapa orang anak juga
melakukan aktivitas seperti dia.
Ya Allah, di
depanku ada seorang anak yang kurang beruntung dengan sejuta semangat untuk
tetap mencari dan mengais rezeki ditengah-tengah derasnya hujan. Rasa iba, tak
tega mulai merasuk kedalam hati dan pikiran ini. Apa yang bisa kuperbuat ?
bahkan beberapa ribu yang akan kuberikan juga tak akan mampu mengubah hidupnya,
batinku. Mata ini seakan-akan tak mampu lagi membendung dan mulai berkaca-kaca.
Namun sebisa mungkin harus bisa menahannya. Karena tak ingin mengeluarkan
ditempat umum dengan khalayak ramai.
Kupandangi
bocah kecil itu, tubuhnya yang kurus dengan dibalut kaos lengan pendek yang
seakan-akan hampir menutupi tubuh bocah itu karena terlihat kebesaran. Berjalan
kesana-kemari menghantarkan pengunjung yang menggunakan jasanya tanpa alas
kaki., seluruh tubuhnya basah kuyup karna derasnya air hujan yang melanda seisi
kota ini.
Asstagfirullah,,
saya dan teman saya saja yang memakai jaket, merasa sangat dingin hingga
menembus tulang. Bagaimana dengan anak itu ? yang bahkan sudah sedari tadi
berjalan dibawah guyuran menawarkan jasa ojek payung hujan tanpa berjaket,
tanpa alas kaki pula. Sementara yang keluar dari mulutku saat itu “ah sial,
kenapa pakai acara hujan segala, kalau sudah begini bagaimana kami harus
pulang”. Aku malu terhadap diriku sendiri. Hujan yang notabenenya merupakan
rezeki dari Allah, tak pula aku mensyukurinya. Sementara anak-anak itu
sepertinya mereka bahagia dengan datangnya hujan meskipun harus menahan rasa
dingin yang sangat amat. Setidak-tidaknya mereka mendapat uang tambahan untuk
mencukupi hidup mereka.
Astagfirullah,,
betapa tak diuntungnya hambamu ini ya Allah , sejuta keluhan yang acapkali menghiasi hati dan keluar dengan lantangnya
dari mulut ini. Seakan membuat diri ini tak mempunyai rasa syukur atas segala
nikmat yang telah Engkau berikan, Sementara anak itu ? tak sedikitpun rasa
marah, kesal atau kecewa terlintas diraut wajahnya, namun lebih dihiasi
senyuman manis kepada siapa saja yang ia hampiri.
No comments:
Post a Comment