Nyatanya modus perkenalan zaman now bukan lagi
diperuntukan sebagai tujuan untuk mengenal lawan jenis atau perihal asmara
saja, namun sudah menyelinap ke sector yang dianggap lebih seksi.
Pergaulan di zaman ini serba abu-abu. Persahabatan
berbalut kepentingan, mencintai demi menguasai, koalisi untuk memuluskan
ambisi. Yang memeiliki ketenaran, kekayaan, dan kedudukan terasa manis untuk
dikawani. Ibarat setetes gula yang berada diapadang semut, menggiurkan dan
menjanjikan kenikmatan yang tiada tara untuk dinikmati.
Sebaliknya, tanpa ketenaran, kekayaan dan kedudukan.
Seseorang hanya dpandang sebelah mata. Dikucilkan, dijauhi, dikhianati dan
dizalimi ketika tak tersisa lagi manis yang bisa dihisap darinya.
Ketika seseorang memiliki harta, musuh-musuh mendadak mendekat dan bersahabat. Tak rela
siempunya menikmati sendiri dan berharap
mendapatkan cipratan kenikmatan tersebut. Ketika seseorang memegang tahta dan
tampuk kuasa, lawan mendadak menjadi
kawan, lontarkan pujian dan dukungan.
Berharap dapat mencicipi satu dua kursi kenikmatan.
Saya jadi teringat dengan sebuah kalimat yang sering
dilontarkan dalam dunia perpolitikan “ tidak
ada teman atau lawan yang abadi, yang ada hanya sebuah kepentingan yang abadi”
dan nyatanya inilah fakta pergaulan yang sudah terjadi disekililing kita.
Fenomena – fenomena ini secara gamlang digambarkan dalam bait
mahfudzhat diatas. Kebanyak manusia kini menjalin pertemanan tanpa berlandaskan
kemurnian niat dan kesucian akhlak. Sadar atau tidak, Walhasil, segala bentuk
relasi hanya berlandaskan kepentingan dan ambisius pribadi .
Kketika seseorang bergelimang harta atau memiliki
tahta, mendadak semua bermanis muka, mengaku kerabat dan sahabat dan ketika
seseorang terpuruk, satu persatu memalingkan muka dan pergi seakan tidak
mengenalnya.
Lalu masih adakah teman sejati ? bagaimana cara
menemukan mereka ?
Imam syafi’I menuturkan “jika engkau punya teman
yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah
erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu sulit,
tetapi melepaskannya sangat mudah sekali. Carilah sahabat yang setia dalam
duka. Bukan dalam suka, karena hidupmu akan berputar pada suka dan duka”
Diriwayatkan Ibnu Mubarok dalam kitab Az-Zuhd “
apabila penghuni surge telah masuk kedalam surge, lalu mereka tidak menemukan
sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama di dunia. Mereka bertanya kepada
Allah SWT “ Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat yang selalu shalat bersama
kami, puasa bersama kami, dan berjuang bersama kami ? maka Allah SWT berfirman
“ Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabatmu yang di hatinya masih ada iman
walaupun sebesar zarrah.”
Artinya sahabat dapat memberikan manfaat dan syafaat
di akhirat kelak. Dimana kemurnian niat dalam menjalin persaudaraan semata-mata
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan terus berlanjut hingga satu sama lain
tidak rela apabila mereka tidak dipertemukan kembali di surga.
Seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar.
Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat seseorang.
Rasulullah SAW bersabda “ Seseorang itu tergantung daripada agama temannya.
Oleh karena itu, hendaknya salah satu diantara kalian hendaknya memperhatikan
siapa yang dia jadikan teman.
Berapa banyak
musuh, karena harta mereka menemaniku
Berapa banyak
teman, karena ketiadaan harta, mereka menjauhiku