masih lanjutan dari postingan yang kemarin tentang "Ya Allah, maaf, kami sedang sibuk". kali ini saya akan menuliskan sebuah renungan yang mungkin dengan ini kita mampu sedikit berpikir lebih dan menjadikan sederet ilmu yang siap diamalkan.
"Ya Allah, berilah hamba rezeki yang halal, thayib, dan ini yang terpenting, Besar".
"Ya Allah, bantu hamba untuk segera melunasi hutang-hutang hamba yang sudah menumpuk ini"
"Ya Allah, luluskan hamba dalam ujian besok".
"Ya Allah, berilah hamba istri yang solehah, dan yang terpenting kaya+ cakep".
"Ya Allah, tunjukan kami jalan yang lurus".
"Ya Allah, lunakanlah hati para dosen kami yang tiap hari marah-marah".
"Ya Allah, mudahkanlah bisnis hamba, masak tiap bulan omsetnya nggak naik-naik".
"Ya Allah, hilangkanlah hama padi hamba. mudahkanlah usaha kami untuk bisa panen raya".
"Ya Allah, murid-murid hamba kok semakin sulit menerima pelajaran dari hamba, bukalah hati murid-murid hamba".
"Ya Allah, adik hamba kok bandelnya minta ampun. bukalah hatinya ya Allah".
"Ya Allah, tiga bulan lagi saya mau menikah, tapi saya belum mendapat pekerjaan, tolong berilah hamba pekerjaan segera".
"Ya Allah, berilah hamba sepuluh penumpang saja hari ini, biar bisa memberi setoran".
"Ya Allah, sembuhkanlah sakit yang hamba derita ini".
Jangan bilang kita tidak pernah berdo'a seperti kalimat diatas. Do'a seakan menjadi sebuah hoby manusia dikala mereka sedang kesusahan. Mulai dari supir becak sampai dengan supir taksi, dari rakyat sampai pejabat, dari pemimpin rumah tangga sampai pemimpin negara, hampir semuanya hobi berdo'a, ketika dalam kesulitan, memang paling enak bagi kita untuk meminta pada Tuhan. Gratis, dan kadang kala melegakan.
Tapi mari amati do'a yang sering kali kita ucapkan kepada Tuhan, seolah-olah kita menyuruh Tuhan Untuk melakukan apa yang kita inginkan. Sadarkah kita, terkadang kita dalam berdo'a sering kali yang keluar darilisan kita adalah kalimat perintah, misalkan saja " Ya Allah, berikanlah hamba kemudahan dalam ujian.." ketika ingin sembuh dari sakit kita dengan entengnya berdo'a "Ya Allah,sembuhkanlah hamba dari sakit ." ketika rezeki lagi seret, denag mudahnya kita memanjatkan pinta "Ya Allah, mudahkanlah rezeki hamba." ketika jodoh tidak juga kunjung datang, " Ya Allah, Pertemukanlah hamba dengan jodoh hamba."
Lalu apakah dengan sikap kita berdo'a dengan kalimat seperti itu, lantas Tuhan marah pada kita ? Tentu saja tidak, inilah salah satu pertanda kasih sayang Allah kepada kita. Kalimat yang dalam kosakata bahasa kita lebih cocok disebut "kalimat perintah" itu pun ternyata tidak dilarang oleh-Nya. Memang seperti itu lah Rasulullah memberi teladan. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi, dikisahkan bahwa suatu hari ada seorang budak yang menemui Ali bin Abi Thalib. budak itu sangat ingin melunasi penebusan dirinya. Budak itu berkata, " sesungguhnya aku tak mampu lagi melunasi penebusan diriku, maka bantulah aku."
Kemudian imam Ali berkata kepadanya, "maukah kamu aku ajarkan satu kalimat dari Rasulullah yang sekiranya engkau punya hutang setinggi gunung, niscaya Allah akan melunasinya ! Ucapkanlah, "Ya Allah, cukupilah aku dengan rezeki yang halal sehingga aku terhindar dari yang haram. Kayakanlah aku dengan kenikmatan-Mu sehingga aku tidak meminta kepada selain-Mu."
Berarti kosakata yang sering kita pilih untuk berdo'a bukanlah sebuah 'perintah' ketika kata itu kita gunakan untuk berdoa kepada Allah. Pilihan kata itu adalah bahasa awam manusia untuk memohon kepada Tuhannya.
Di zaman Nabi Musa, ada seseorang pengembala kambing yang berdo'a kepada Allah.
"Ya Allah, jadikanlah aku pembantu-Mu. akan ku timbakan air untuk mandi-Mu setiap pagi. akan ku talikan terompah kulit-Mu. Jika Engkau letih akan ku pijat kaki-Mu. Akan kusediakan makan siang jika Engkau lapar..."
Mendengar do'a pengembala kambing yang amburadul itu, sontak membuat Nabi Musa marah-marah.
"Hey, enak saja kamu berbicara ! memangnya Tuhan butuh mandi ? kamu kira Tuhan pakai terompa ? butuh makan dan bisa letih ?"
Tapi tahukah anda bagaimana Allah merespons hamba-Nya ini ? Indah. Allah justru memotong kata-kata Musa.
"Hai Musa ! Apa hakmu menghalangi hamba-Ku memesrai-Ku dengan bahasanya dan tingkat pengetahuannya..!"
so, Allah tidak melarang seseorang dengan tingkat batasan kemampuan daripada pengetahuan mereka. dan perlu diketahui bahwasannya jangan lupa terus meningkatkan pengetahuan, toh pada hakikatnya menuntut ilmu itu wajib kan..?
tunngu apa lagi, cari lah ilmu, amalkanlah ilmu meskipun itu hanya satu ayat.
assalamualaikum wr wb....
"Tuhan, Maaf kami sedang sibuk"