Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, meninggalkan dunia untuk surga,.. InsyaAllah

maritime tourism, Historical heritage and cultural resource in Suak Gual, Indonesia (wisata bahari, sejarah dan budaya di pulau mendanau bangka belitung )

Pesona mercusuar tanjung lancor dari laut Pesona pariwisata dan khasanah alam budaya memiliki prospek yang cukup potensial untuk me...

Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami



Didalam sebuah kehidupan, ada dua buah kaidah yang tidak akan pernah berubah. “ keburukan dan kebathilan pasti berakhir pada kesengsaraan dan kehancuran. Sementara itu kebaikan dan kebenaran akan berakhir pada kebahagiaan, kemenangan dan keabadian.”
Sebuah niat yang lurus mengindikasikan kejernihan kehendak yang terbebas dari hawa nafsu, ambisi, perbudakan materi, kedudukan, ataupun kepentingan duniawi lainnya. Niat yang melahirkan seluruh aktivitas, baik itu lahiriah maupun bathiniah, semata-mata untuk memperoleh keridhaan Allah dan pahala ukhrawi semata.
Hal yang perlu diingat dan diperhatikan adalah ujian dan cobaan tidak hanya dalam bentuk kesusahpayahan, kesulitan dan penderitaan saja, melainkan jua wujud dalam bentuk kesenangan.
Kelesuan sesudah mujahadah timbul karena adanya kerusakan pada langkah pertama, sebaliknya, mereka memancangkan niat yang lurus disertai pemahaman yang benar tentang hakikat perjalanan dan tujuan, mereka selalu merasa mantap dan percaya diri, tidak menyia-nyiakan waktu dan peluang.


“Apabila kamu berada di waktu sore makajanganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di waktu pagi janganlah menunggu datangnya waktu sore. Manfaatkan masa-masa sehatmu untuk persiapan masa sakitmu dan manfaatkanlah masa hidupmu untuk persiapan masa-masa kematianmu.” ( HR. Bukhari)

Dari Sinilah Kami Memulai

Dari Sini Kami Memulai
            Mengapa kami berada dijalan ini ?
Melangkah dijalan ini merupakan bagian dari rasa syukur kami atas hidayah Allah Swt kepada kami. J
Rasulullah pernah berpesan “ Barang siapa mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapat

pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.” (HR.Muslim)
“Sesungguhnya Allah, para Malaikat, semut yang ada didalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”(HR.Tirmidzi)

Mengapa kami berada dijalan da’wah ?
Karena da’wah akan menjadi penghalang turunnya azab Allah SWT.
Rasulullah saw dalams ebuah hadits nya juga mengisyaratkan azab Allah swt atas orang-orang yang meninggalkan da’wah dan kewajiban amar ma’ruf nahyul mungkar.
Seperti dikatakan Imam Al Ghazali :”Hendaknya orang yang ingin berpergian memilih teman. Jangan ia keluar seorang diri. Pilih teman dahulu barulah tempuh perjalanan. Sesungguhnya orang itu tergantung agama temannya. Dan seseorang tidak dikenal kecualidengan melihat siapa temannya..” (ihya’ ulumiddin, 2/202)
“Andai manusia mengetahui apa yang akan dialami seseorang jika ia seorang diri, niscaya tak ada orang yang menempuh perjalanan malam seorang diri.” (Fath Al Bary, 6/138)
Maka dari itu salah satu syarat perjalanan itu adalah : Ar rafiiq ash shaalih (teman yang baik).
Saling bersatu dan membantu, tidak sendiri-sendiri dan melakukan pekerjaan dalam kebaikan dan ketaqwaan secara berjamaah itulah arti dari Amal jama’i.
Dalam da’wah, para Pemimpin adalah mereka yang memiliki keistimewaan dalam akhlak, ukhuwwah, idariyah (manajemen) dan wawasan ilmunya. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al Ghazali “ Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan  teman-temannya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mudah diminta persetujuan dalam urusan penting, menetukan arah perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Tidak ada kerusakan kecuali karena pengatur alam semesta ini adalah satu.”(Ihya Ulumiddin,2/202)
Dalam kehidupan, interaksi terkadang memunculkan jarak, ketidaknyamanan, perbedaan pendapat, perselisihan, bahkan ketidaksukaan hingga kebencian dan permusuhan dan ini diperlukan sebuah jiwa yang toleran dan bisa memahami secara lebih bijak menyikapi sifat dan karakter sesama saudara di jalan ini.
Rasulullah bersabda :” Jika ada seorang yang mencacimu dan menghinamu dengan suatu yang ia ketahui ada pada dirimu, maka janganlah engkau kembali melakukan hal yang sama lantaran ada sesuatu yang engkau ketahui ada pada dirinya. Karena dengand emikian engkau akan mendapatkan pahal dan ia akan mendapatkan dosanya. Dan janganlah engkau mencaci seorangpun.”(Al Ahaadits Shahihah, Al Albani no.770)
Kebersamaan buka tanpa perselisihan, namun kebersamaan membutuhkan kekompakan, kesepakatan, kesesuaian, kedekatan, dan keintiman.



            Dunia ini hanyalah jembatan, bukan tempat tinggi apalagi tujuan yang dikehendaki.
            Ibnul Al Jauziyah rahimahullah menyebutkan ada tiga kelompok manusia yaitu :
1.      Kelompok Zaalimun li nafsihi merupakan orang-orang yang lalai dalam mempersiapkan bekal.
2.      Kelompok Muqtashid merupakan mereka yang mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampa ke tujuan perjalanan.
3.      Kelompok Sababiqun bil khairat, yaitu orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dan sebaik-sebaiknya perbekalan itu adalah : Taqwa . barangsiapa diantara kita yang minim ketaqwaannya , maka ia akan semakin melemah dan tidak mampu mengikuti perjalanan ini.

Advertisement

Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, mati masuk surga,.. InsyaAllah

Popular