Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, meninggalkan dunia untuk surga,.. InsyaAllah

maritime tourism, Historical heritage and cultural resource in Suak Gual, Indonesia (wisata bahari, sejarah dan budaya di pulau mendanau bangka belitung )

Pesona mercusuar tanjung lancor dari laut Pesona pariwisata dan khasanah alam budaya memiliki prospek yang cukup potensial untuk me...

Tidak ada perubahan dalam dakwah (kampus)

*Stuck dalam Dakwah (Kampus)*

Sebagai aktivis dakwah kampus pernahkah kita merasa stuck dalam aktivitas dakwah kampus? Atau jika tak merasa stuck, pernahkah kita mendapat kritik dengan nada ‘gitu lagi-gitu lagi’. Misal seperti kita mengulang agenda-agenda yang sama setiap tahun, namun tak ada perubahan yang signifikan. Lebih parahnya kadang justru minat peserta pada agenda tersebut semakin menurun seiring waktu berjalan.

Atau misal jumlah kader yang tak kunjung ideal, ditambah kualitasnya yang semakin lama menurun terdegradasi jaman. Diperparah agenda-agenda yang itu-itu saja, tapi tidak dibarengi dengan ‘pertumbuhan’. Sehingga hasil daripada agenda dakwah hanya berputar disitu-situ saja tanpa adanya pekembangan, pertumbuhan, dan akhirnya tidak produktif membangun kantung-kantung dakwah paska kegiatan tersebut.

*Penyakit Stuck*

Stuck dalam dakwah sudah menjadi penyakit yang mulai menyebar kepada sebagian besar kader-kader aktivis dakwah. Aktivitas dakwah mentok, tak muntijah, bahkan lebih parahnya wajihah kesulitan mencari kader baru sebagai penerus estafet dakwah. Atau ada banyak kader tapi tak mampu bersaing dengan lawan tanding dari luar. Mulai tak mampu menokohkan diri, lembek, hingga track record sedikit karena ‘ogah’ mengemban amanah. Akhirnya kalah bersaing.

Sudahkah kita melihat fenomena tersebut disekitar arena dakwah kita? Atau jangan-jangan kita masih terjebak pada zona nyaman?

Penyakit stuck ini diperparah dengan perkembangan jaman yang tak bisa direm. Berjalan sangat cepat. Meskipun disisi lain perkembangan jaman yang pesat ini adalah senjata yang kuat bagi mereka yang dapat membacanya. Iqra!

Ada 4 hal yang menurut saya harus dimiliki oleh setiap aktivis dakwah kampus agar tidak terjangkit penyakit “Stuck dalam dakwah”. Empat hal tersebut adalah militansi, wawasan, kemandirian, dan kedewasaan.

*Militansi*

Seringkali agenda dakwah kampus terlihat loyo, tak bergumuruh, sepi, orang-orangnya itu lagi. Seperti agenda-agenda internal yang forumnya tak pernah penuh, agenda telat dimulai karena menunggu peserta datang. Sehingga akhirnya forum datar, tak bersemangat, dan hanya sekedar lewat.

Maka membangun militansi pada kader ativis dakwah merupakan hal pokok yang semestinya dimiliki pada kader dakwah. Sedangkan membangun militansi membutuhkan 3 hal, yaitu; ghirah (kepekaan) terhadap permasalahan umat; azzam (tekad) yang kuat di dalam dadanya; dan memiliki hamasah (semangat) yang tak pernah surut.

Maka jika sudah memiliki militansi, meskipun berdarah darah, tubuhnya terkoyak-koyak, dan selama masih mampu berjalan dan memberi isyarat. Menjeda apalagi insilah dari jalan dakwah adalah keharaman baginya.

*Wawasan*

Saya pernah berdiskusi dengan salah satu asatidz menceritakan problema kader-kader yang malas membaca dan pandangan intelektualnya kalah jauh dibanding dengan aktivis gerakan lain. Beliau dengan santai menjawab, “mungkin kader-kader kita terlalu disibukan dengan agenda dakwahnya mas.”

Tapi tahukah aktivitas beliau ternyata jauh lebih padat, dimana beliau harus membina banyak kelompok yang tidak hanya berada di satu kota saja, bahkan ada aktivitas dakwah rutin tiap minggunya jauh sekian ratus kilo meter dari rumahnya. Selain juga beliau harus mengajar setiap hari aktif. Namun ditengah padatnya aktivitas tersebut beliau dengan tertawa lirih “tapi ini saya seminggu ini kembali membaca buku filsafat lama saya ditambah satu novel lama, biar gak kendor mas”.

Wawasan adalah syarat dasar yang harus dimiliki aktivis dakwah kampus. Bagaimana kita akan bermanuver dan berimprovisasi dalam dakwah jika kita tak memiliki wawasan untuk membaca jaman, membaca musuh, dan merangkai rencana strategis dakwah.
Maka tanyakan pada diri kita bagaimana kabar referensi bacaan buku kita, sudah membangun diskusi dengan siapa saja, bagaimana dengan tasqif rutin kita?

*Kemandirian*

Banyak kader dakwah yang sudah menempati posisi leader dalam wajihahnya, tak sedikit dari mereka mengalami problema stuck karena persoalan kemandirian. Banyak inovasi dan impovisasi dalam dakwah menjadi mangkrak karena ketidak mampuan kader dakwah mencari jalan keluar untuk mendanai ide atau gagasan yang sudah ditelurkan. Sehingga akhirnya stuck.

Sebetulnya kemandirian tidak harus diiringi dengan kemampuan finansial pribadi yang mumpuni. Tapi bagaimana seorang kader dakwah memiliki cara pandang untuk bisa menglokasikan kemampuannya untuk ‘mandiri’. Dia memiliki cara pandang untuk melihat celah, dan potensi dari setiap yang dia miliki untuk dirubah menjadi sumber daya yang dibutuhkannya untuk bermanuver dalam dakwah.

*Kedewasaaan*

Hal terakhir yang merangkum obat “stuck” dalam berdakwah adalah perihal kedewasaan. Banyak kader kita terlambat dewasa, atau labil ketika mengemban amanah. Seperti ada seorang kader yang futur tak bersemangat dan menikmati hal tersebut tanpa mau mencari solusi untuk mengobatinya. Terjebak zona nyaman.

Adapula seorang kader yang tak bisa menirima sikap atau keputusan hasil syuro dan membelot mulai dari diam menekuk wajah ketika diberi tugas, hingga hilang tak pernah memenuhi undangan taklimat. Hingga kader yang ogah-ogahan mendapat amanah. Bergerak seadanya, hadir sekedar mengugurkan kewajiban.

Perihal kedewasaan disini bermakna luas, mulai dari proaktif, bijak melihat permasalahan, hingga bisa menempatkan diri pada solusi yang menimpa dirinya maupun wajihahnya. Maka ketika seorang kader aktivis dakwah megalami futur, secara otomatis dia mencoba mengobatinya. Ketika wajihahnya mengalami stuck meskipun dia hanya seroang anggota biasa, maka ketika dia dewasa dia akan mencari cara-cara strategis untuk mengubah keadaan agar kembali muntijah.

Begitulah kedewasaan yang seharusnya sudah dimiliki para kader aktivis dakwah. Mereka proaktif untuk menyelesaikan masalah. Mencari peranan strategis secara otomatis. Memiliki cara pandang yang jauh.

Maka jika stuck dalam dakwah bisa kita atasi, semoga benar seperi kata Muhammad Iqbal
“.......Khalifatul-Ard akan diserahkan kembali ke tangan mu
Bersedialah dari sekarang
Tegaklah untuk menetapkan engkau ada
Denganmulah Nur Tauhid akan disempurnakan kembali
Engkaulah minyak artar itu, meskipun tersimpan dalam kuntum yang akan mekar .......”
Kita mesti bersiap!

Wildan Wahyu Nugroho
Presiden BEM UNS
Koordinator Pusat BEM SI

Advertisement

Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, mati masuk surga,.. InsyaAllah

Popular