Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, meninggalkan dunia untuk surga,.. InsyaAllah

maritime tourism, Historical heritage and cultural resource in Suak Gual, Indonesia (wisata bahari, sejarah dan budaya di pulau mendanau bangka belitung )

Pesona mercusuar tanjung lancor dari laut Pesona pariwisata dan khasanah alam budaya memiliki prospek yang cukup potensial untuk me...

File Terjemahan Telemetri ( Bapak Arthur Brown )

Assalamualaikum..
Salam bahari..
Salam perikanan tangkap...
Dibawah ini merupakan file/ artikel yang harus di kerjakan tiap kelompok. Materi kelompok berdasarkan urutan nomor kelompok yang telah dibagikan sebelumnya.
Mekanisme pembuatan tugas seperti berikut :
1. File diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
2. dirangkangkum dalam power point
3. buat dan print terjemahan beserta lampiran artikel asli untuk dibagikan kepada pendengar ( kelompok lain ) untuk dijadikan referensi dalam penilaian
4. Presentasi Tiap kelompok menggunakan power point.



Kelompok 1
1.Integrated Simulation For Rapid Development Of Autonomous Underwater Vehicles
Silahkan download
download[4]

Kelompok 2
2.Extensive gas bubble release in Norwegian spring-spawning
Silahkan download
download[4]

Kelompok 3
3.Simple Clinical Temperatur Telemetry System For Pinnipeds
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 4
4.Short Communication An Acoustic Telemetry System For Monitoring The Heart Rate Of Pike, Esox Lucius L., And Other Fish In Their Natural Environment
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 5
5. Radio Telemetry System For The Study Of Ovarian Physiology Silahkan download
download[4]


Kelompok 6
6. Do Striped Cusk-Eels Ophidion marginatum (Ophidiidae) Produce the
Silahkan download
download[4]

Kelompok 7
7.Radio Telemetry And Bird Movements
Environment
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 8
8.Digital Communication For Telemetric Multi-Neuron Recordings
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 9
9.An Integrated, Underwater Optical Acoustic Communications System
Silahkan download
download[4]


Kelompok 10
10.Tracking Arrow Squid Movements With An Automated Acoustic Telemetry System
Silahkan download
download[4]


Kelompok 11
11.A Digital Correlative Accumulation And Its Application To Underwater Acoustic Telemetry, Telecontrol And Remote Sensing
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 12
12.Acoustic Alarms To Reduce Marine Mammal Bycatch From Gillnets In Queensland Waters Optimising The Alarm Type And Spacing
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 14
14.Long-Term Effect Of Radio-Tagging On The Swimming Performance Of Pikeperch
Silahkan download
download[4]


Kelompok 15
15.Measuring Cultured Fish Swimming Behaviour First Results On Rainbow Trout Using Acoustic Telemetry In Tanks Silahkan download
download[4]


Kelompok 16
16.Hawaii Mr1 A New Underwater Mapping Tool
Silahkan download
download[4]


Kelompok 17
17.Juvenile Salmon Acoustic Telemetry System Transmitter Downsize Assessment
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 18
18.Analysis Of Movement And Habitat Use From Telemetry Data
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 19
19.Microcontroller-Based Underwater Acoustic Ecg Telemetry System
Silahkan download
download[4]


Kelompok 20
20.Improved finite samples resampling for unbiased wide-band direction
Silahkan download
download[4]


Kelompok 21
21.The State Of The Art In Underwater Acoustic Telemetry Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 22
22.Tagging Juvenile Seabass And Sole With Telemetry Transmitters Medium-Term Effects On Growth Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 23
23. Abundance Estimate
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 24
24.An Assessment of the Underwater Acoustical Detection of Rain
Klik Gambar Download
download[4]


Kelompok 25
25. Acoustic characteristics of Wadaiko (traditional Japanese drum)
Silahkan download
download[4]

Kelompok 26
26.Clarification of sound radiation mechanism
Silahkan download
download[4]


Kelompok 27
27.Investigation of absorption coefficient measurement of acoustical materials
Silahkan download
download[4]
Terima kasih atas kerjasamanya, mohon maaf atas keterlamabatannya. semoga kita semua dapat menyelesaikan apa yang seharusnya kita laksanakan.
TTD


Argadian Yoga Praditya

Wisata Siak Sri Indrapura | Kerajaan Siak / Istana Asserayah Al-Hasyimiah



Visit The land of The Sultan
Berkunjung Ke Negeri Sultan



Siak merupakan pusat peradaban melayu terbesar di Riau. Ini dengan ditandainya dengan masih berdirinya Istana Asserayah Al-Hasyimiah atau yang lebih dikenal dengan Istana Siak Sri Indarapura.



Dari istana yang berdiri dibantaran sungai siak inilah, wisatawan akan dapat menoleh, menelisik, dan menikmati sejarah kebesaran melayu Riau di masa lampau. Hingga tak salah bila kita menyebut siak sebagai Gerbang Peradaban Melayu di Riau.

Kabupaten siak mencakup areal seluas 8.881,56 km2. Siak sri indrapura yang merupakan ibukota kabupaten Siak, merupakan tempat kesultanan masa lalu, sebuah Kerajaan Islam Melayu di Riau.

Secara geografis, kabupaten siak terletak diantara 10 16’30”-00 20’49” lintang utara dan 1000 54’21”-1020 10’59” bujur timur dan berbatasan dengan kabupaten bengkalis di sebelah utara. Sebelah selatan dengan Kampar dan pelalawan. Sebelah barat dengan kabupaten Kampar dan pekanbaru. Dan sebelah timur dengan kabupaten bengkalis dan pelalawan.

Salah satu kota penghasil minyak di Riau ini dapat wisatawan kunjungi melalui jalan lintas utara melewati Minas, Perawang hingga ke pusat kota. Disepanjang jalan wisatawan dapat menikmati pemandangan hamparan kebun kelapa sawit yang menghijau. Namun jika ingin ke siak dari pekanbaru, ada dua sarana transportasi. Salah satunya adalah transportasi air menggunakan kapal cepat dari pelabuhan sungai duku pekanbaru. Perjalanan menuju siak dari pekanbaru.

Sepanjang perjalanan mengarungi sungai siak ini, wisatawan akan di suguhkan pemandangan berbagai aktifitas warga yang memanfaatkan sungai siak sebagai urat nadi kehidupan mereka. Mulai dari nelayan yang menjala ikan, hingga aktifitas bongkar muat barang kapal di sejumlah dermaga di alur peradaban Riau tersebut.

Menuju siak dari ibukota Riau Pekanbaru juga dapat ditempuh menggunakan jalur darat. Jarak antara pekanbaru-siak 180 kilometer dapat ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam.

Bila wisatawan sudah berada disiak, wisatawan akan dapat menikmati berbagi suguhan kesenian music tradisional seperti tari zapin. Dan dapat menyantap berbagai panganan tradisional melayu seperti kue apam, kembang Loyang, kue bangkit,bubur asura, bolu kemojo.

1. Jembatan Siak
Tak lengkap bila kita ke Siak tanpa menginjakan kaki di jembatan Siak Tengku Agung Sultanah Latifah. Jembatan ini begitu monumental bagi masyarakat siak, hal ini dikarenakan jembatan ini telah membuka wilayah terisolasi yang terpisah oleh sungai siak.


dari atas jembatan yang dirancang sejak tahun 2001 oleh Tim Ahli dari ITB ini, kita dapat menikmati panorama sungai siakdengan berbagai aktivitas pelayarannya. kita dapat menikmati denyut nadi di sungai terdalam di Indonesia dan Terpanjang di riau ini dengan berjalan kaki pada dua buah trotoar selebar 2,25 meter yang mengapit sisi kanan dan kiri jembatan.
jembatan dengan panjang 1.196 meter dan lebar 16,95 meter serta ketinggian mencapai 23 meter diatas permukaan sungai siak yang lebarnya mencapai 300 meter. diatas jembatan berdiri dengan kokoh nan megah 2 buah menara setinggi 80 meter yang dilengkapi dua buah lift untuk menuju puncak menara yang rencananya akan dilengkapi oleh  restoran.

2. Istana Kerajaan Siak

Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan melayu Islam yang terbesar di daerah Riau. Kerajaan ini mencapai masa jayanya pada abad ke 16 hingga abad 20. Kerajaan Siak Sri Indarapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah Putra dari Raja Johor ( Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya encik pong, dengan pusat kerajaan dibuatan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat didaerah tersebut.
Muhammad Irvan, Bayu Setiarbi, Eka Julianto, Argadian Yoga Praditya, Erick Palatema, Zulkifli, Rahmad Ari Setiawan, Bayu Kumbara di depan Istana Asseerayah alhasyimiah Siak
Silsilah Kesultanan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada 1723 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran Kerajaan Melayu Islam di Riau, dapat anda saksikan peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana ASSIRAYATUL HASYIMIAH atau lebih dikenal dengan nama Istana Siak Sri Indrapura.

Argadian yoga praditya dan bayu setiarbi di dalam istana siak

Istana Siak

Kompleks ini mulai dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Sultan Syarif Hasyim) atau sultan Siak ke 11 pada tahun 1889 lengkap dengan peralatan kerajaan. Dan pembangunannya selesai pada 1893.

Istana dibangun untuk kepentingan jalannya pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Kalangan arsitektur sering menyebut istana ini dengan “Istana Matahari Timur”. Istana bergaya arsitekture campuran Eropa, spanyol, dan arab dengan perpaduan Melayu tradisional. Dinding Istana dihiasi dengan keramik dari eropa. Bangunan Istana terdiri dari dua lantai, pada lantai dasar terdapat lima ruangan besar utama untuk berbagi keperluan.

Ruangan depan istana merupakan ruang tunggu para tamu, di dalamnya terdapat 2 bagian ruang, untuk para tamu terhormat disebut ruangan kursi gading, berkain gordin warna hijau lumut khususnuntuk tamu kaum laki-laki dan satu ruang terhormat berikutnya untuk kaum perempuan.

Ruangan di sisi kanan adalah ruang siding kerajaan dan sekaligus digunakan sebagai ruang pesta. Ruangan di sisi kiri adalah upacara kerajaan melayu dipergunakan untuk pelantikan, perwakilan, upacara menjunjung duli dan upacara-upacara hari besar keagamaan.

Ruangan belakang adalah sebuah ruangan keperluan persiapan perjamuan makan unntuk santapan para tamu dan raja-raja serta pembesar kerajaan. Pada ruangan ini terdapa tangga besi spiral indah buatan jerman untuk tangga naik keatas. Pada ruang belakang ini terdapat pelantar (koridor) sepanjang 500 meter berbentuk huruf “T”, dipergunakan untuk jamuan makan bagi rakyat umum.

Di lantai atas terdapat 4 ruangan berbentuk kamar/bilik dan 2 ruangan berbentuk aula besar untuk tempat istirahat para tamu, serta bagian depan terdapat pelataran atau tempat peranginan yang menghadap ketaman bunga panca wisada dan sungai siak.

Pada pintu gerbang istana terdapat patung burung elang menyambar dari perunggu, pada empat pilar istana di ujung puncaknya. Burung elang merupakan tanda kebesaran dan keberanian serta kemegahan kerajaan siak anda juga dapat menikmati koleksi peninggalan sultan yang pernah memerintah didalam istana ini. 

Peninggalan tersebut berupa :

Singgasana, berupa kursi keemasan yang penuh dengan ukiran indah dari bahan kuningan berbalut dengan emas. Kursi ini pernah hilang namun kemudian dapat ditemukan kembali oleh museum Nasional Jakarta.

Senjata kerajaan melayu, berupa tombak, keris, meriam, lampu-lampu Kristal beratnya 1 ton, barang-barang keramik dari cina dan eropa, diorama, patung perunggu ratu belanda Helmina dan patung pualam Sultan bermata berlian.

Payung kerajaan, berlambangkan naga berjuang dan kalimat ALLAH serta tulisan Muhammad bertangkup dari kain sutera kuning keemasan.

Serta terdapat juga benda-benda upacara lain serta piring-piring, cangkir, gelas, sendok bermerk lambing kerajaan.

Lambang dan bendera kerajaan siak, bendera berwarna kuning keemasan, ditengah terdapat lambing kerajaan bermotif kepala naga dan beduang. Diatasnya terdapat kalimat Allah serta kaligrafi Muhammad bertangkup.

Mahkota kerajaan Siak, dibuat semasa pemerintahan sultan siak X, assyaidis syarif hasim syaifudin (syarif hasyim 1 ). Mahkota ini berlapiskan emasdan bertaburkan permata.

Tempat pembakaran (setanggi), merupakan wewangian yang bersal dari ramuan tumbuh-tumbuhan, dengan membakar setanggi akan keluar aroma yang wangi dan ketika itu sebagai pengharum ruangan istana.

Canang, berbentuk guci terletak diujung ruangan jamuan istana, bila dipukul canang ini mengeluarkan bunyi gaung, digunakan oleh sultan untuk memanggil pelayan istana.

Komet, sejenis gramafon raksasa terbuat dari tembaga dengan piring garis tengah 1 meter dari bahan kuningan (plat kuningan), alat ini mampu mengeluarkan bunyi-bunyian music klasik karya bethoven dan Mozart, buatan jerman. Komet ini merupakan barang langka dan hanya ada dua didunia.



Masjid Sultan ( Masjid Raya)



Terletak sekitar 500 meter di depan istana siak, dengan bentuk yang khas dan unik. Didalamnya terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu berukir indah bermotif daun, sulur dan bunga. Di sebelah barat masjid terdapat pemakaman Sultan Syarif Khasim beserta permaisuri dan istrinya yang selalu di ziarahi penduduk dan wisatawan.


tempat wudhu masid sultan
Bayu kumbara, muhammad irvan, erik palatema, zulkifli, argadian yoga praditya, rahmad ari setiawan, eka julianto aminudin, bayu setiarbi

belakang masid sultan
Bayu kumbara, Argadian yoga praditya, Erik palatema, Rahmad ari setiawan, eka julianto aminudin, zulkifli, muhammad irvan dan bayu setiarbi

eka julianto aminudin, zulkifli, erik palatema, muhammad irvan, rahmad ari setiawan, bayu skumbara, bayu setiarbi dan argadian yoga praditya

makam sultan syaarif khasim
bayu kumbara, muhammad irvan, erik palatema, zulkifli, bayu setiarbi, rahmad ari setiawan, eka julianto ainudin, argadian yoga praditya

makam sultan syarif kasim II
Rahmad ari setiawan, bayu kumbara, zulkifli, bayu setiarbi, eka julianto aminudin, argadian yoga praditya, muhammad irvan

Argadian Yoga Praditya, pemanfaatan sumberdaya perairan, Universitas Riau

ada apa antara Senior dengan Junior ?

baiklah...
kali ini saya akan sedikit lebih berbagi cerita dengan sobat sekalian mengenai sebuah dinamika yang melanda hampir seluruh pendidikan di indonesia atau bahkan dunia.
bukan mengenai bagaimana cara belajar, bukan membahas bagaimana akreditasi dan penilaian di suatu pendidikan tersebut, melainkan mengenai dinamika Senior dan Junior.

entah berawal darimana dan akan pula berakhir seperti apa.. sebuah tanya yang seperti tidak akan terjawab oleh perwakilan dari kata-kata yang terucap. 
pada dasarnya sifat manusia yang sebagian besar diselimuti oleh berbagai hal buruk menjadi acuan penting apabila dikemudian hari terjadi perang argumen atau bahkan berlanjut kefisik apabila argument tidak mampu lagi mewakili hasrat keinginan tiap insan. Rasa keinginan untuk memiliki-dimiliki, menghormati-dihormati,menyayangi-disayangi tentu tidak dapat dipandang sebelah mata dalam kehidupan. terlebih lagi ketika keegoisan yang hanya mewakili rasa ingin dimilki, disayangi dan dihormati tanpa memperdulikan dan melibatkan rasa menyayangi,memiliki dan mengormati ini akan berakibat fatal.
jika melirik dari berbagai kejadian yang akhir-akhir ini sempat menggemparkan dunia pendidikan baik itu dari siswa ataupun mahasiswa yang menjadi korban tindak kekerasan oleh para seniornya. sunnguh berita yang menyayat hati. pendidikan yang notabenenya menjadi sebuah tempat perlindungan dan penyelamat masa depan malah seakan menjadi tempat yang mengerikan ketika para calon murid/mahasiswa akan menginjakan kaki.
Seperti Kata Mentor Pohan selaku Pembina Kegiatan Diklat Bahari XI jurusan PSP, FPIK Universitas Riau yang baru saja diadakan bulan Mei lalu di Markas Pangkalan TNI AL kota Dumai. Beliau mengatakan bahwa lebih baik salah hormat dari pada tidak hormat salah.

Keakraban dan kebersamaan menjadi sebuah kata yang diciptakan untuk menjadi trending topic dalam latar belakang pelaksanaan kegiatan OSPEK, KBM atau istilah lainnya. sebuah tujuan yang bisa dikatakan sangat mulia untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang solid. niat yang baik tentu harus tertuang kedalam perilaku yang baik pula. karena dengan kedua hal tersebut para generasi penerus bangsa ini akan merasakan bagaimana yang seharusnya ia lakukan. namun ternyata niat baik tersebut harus ternodai oleh kelakuan yang memang tiada patut untuk ditiru, yaa. memang benar. hanya niat baik yang dimiliki oleh segelintir senior, toh pada dasarnya tetap ada mereka yang gila kehormatan hingga menuangkan rasa kesalnya dengan kekerasan kepada juniornya. Sebuah hukuman memang pantas dilaksanakan dan didapatkan kepada siapa yang melakukan kesalahan, akan tetapi kita harus mampu memahami bahwasanya setiap manusia memiliki titik keterbatasan tertentu dan ini akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. hukuman itu diadakan hanya karena mereka harus mengetahui, memahami dan memaknai dari kesalahan yang dilakukan.

Sementara itu, pemerintah mulai gencar mengkampanyekan tiada kekerasan terhapad mahasiswa baru. berbagai putusan telah dituangkan beserta dengan hukuman dan sanksi yang akan didapatkan para pelanggarnya.
Peserta DIKLAT BAHARI X di LANAL TNI AL Dumai, di hukum karena tidak disiplin :)
saya pribadi tetap menginginkan adanya sebuah kegiatan dengan niat baik tersebut namun dengan catatan diselaraskan sirkulasi kegiatan yang menjunjung tinggi niat mulia tersebut. karena rasa hormat dalam jenjang hirarki tersebut memang harus ada dan harus diterapkan dalam kehidupan.

Mari kita membiasakan yang benar.
bukan membenarkan yang biasa...

salam bahari..
Pemberian arahan oleh TNI AL dalam rangka DIKLAT BAHARI X


Penutupan DIKLAT BAHARI X

Ketika Beasiswa Menjadi Ajang Untuk Mencari Uang.

sulit dimengerti ketika semua orang mengatakan korupsi itu tidak boleh dilakukan karena mereka mengambil dan memakai uang yang bukan hak mereka. lantas mereka mengutuk para pejabat yang mereka anggap sebagai otak pelaku korupsi. yang menjadi pertanyaan adalah sudahkah kita menjadi pelopor penghapusan korupsi dengan tidak memakai yang bukan hak kita ? dan ini sangat lebih sulit lagi untuk memahami atas apa yang mereka katakan terhadap apa yang mereka lakukan.

berbicara mengenai uang, maka ini merupakan sebuah hal yang bisa dikatakan sakral untuk dibahas. banyak diantara kasus kejahatan dan kriminal dilatar belakangi dari faktor uang atau faktor ekonomi.
yang menjadi persoalan dikalangan dunia perkampusan saat ini adalah mengenai ketepatan dalam menentukan penerima beasiswa. baik pendaftar maupun penyeleksi seakan mengalami masalah, ya.. mungkin bisa dikatakan masalah jiwa dan agama. :)

menurut saya tidak ada masalah ketika mereka berkompetisi untuk mendaftarkan diri sebagai calon penerima mahasiswa dengan catatan beasiswa prestasi. namun bagaimana dengan beasiswa yang mencantumkan SKTM ( surat keterangan Tidak Mampu ) ?

Ratusan bahkan ribuan mahasiswa pendaftar, mereka seakan merasa tidak bersalah dengan memodifikasi keterangan diri mereka. merendahkan diri mereka dengan mengaku mahasiswa miskin dari keluarga yang tidak mampu untuk membutuhkan dukungan biaya perkuliahan. sungguh miris melihat fenomena ini. padahal ada sebagian besar mahasiswa yang benar-benar membutuhkan dukungan finansial menaruh harapan besar terhadap beasiswa itu.

tujuan para pendaftar yang benar-benar membutuhkan dengan hati penuh harapan sangat bertolak belakang dengan para pendaftar yang merendahkan harga diri dan memasang topeng palsu  yang memang sudah ternodai dengan iming-iming uang yang akan diterima. 

setelah itu, tidak sedikit mereka yang langsung datang ketempat bagian penyeleksi pendaftar beasiswa untuk melakukan negosiasi dan tawar menawar untuk pemesanan atau bisa disebut dengan istilah booking.

jiakalau menelisik lalu membanding antara mereka dengan para koruptor, lalu apa bedanya dengan mereka para koruptor. mengambil hak yang bukan hak nya.

sungguh sangat memprihatinkan para penerus bangsa yang ternyata juga adalah para penerus para koruptor.

Efek samping uang memang telah menjadi momok menakutkan untuk semua orang, namun efek negatif itu tidak dirasakan atau memang mereka telah membunuh rasa itu untuk tidak dapat merasakan. entahlah.. hanya mereka dan Allah yang tahu.

mari kita sama-sama istighfar untuk mereka dan diri kita sendiri, semoga kita tidak termasuk kedalam golongan para koruptor.
jalan mana yang akan dipilih, itu semua ada dihati kita.

jangan pasrah karena berada ditempat terbawah, segalanya butuh proses untuk berada ditempat teratas

Jangan lalai ketika sudah berada diatas, karena sesungguhnya kita sudah mengetahui bagaimana pahitnya berada dibawah.

Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami



Didalam sebuah kehidupan, ada dua buah kaidah yang tidak akan pernah berubah. “ keburukan dan kebathilan pasti berakhir pada kesengsaraan dan kehancuran. Sementara itu kebaikan dan kebenaran akan berakhir pada kebahagiaan, kemenangan dan keabadian.”
Sebuah niat yang lurus mengindikasikan kejernihan kehendak yang terbebas dari hawa nafsu, ambisi, perbudakan materi, kedudukan, ataupun kepentingan duniawi lainnya. Niat yang melahirkan seluruh aktivitas, baik itu lahiriah maupun bathiniah, semata-mata untuk memperoleh keridhaan Allah dan pahala ukhrawi semata.
Hal yang perlu diingat dan diperhatikan adalah ujian dan cobaan tidak hanya dalam bentuk kesusahpayahan, kesulitan dan penderitaan saja, melainkan jua wujud dalam bentuk kesenangan.
Kelesuan sesudah mujahadah timbul karena adanya kerusakan pada langkah pertama, sebaliknya, mereka memancangkan niat yang lurus disertai pemahaman yang benar tentang hakikat perjalanan dan tujuan, mereka selalu merasa mantap dan percaya diri, tidak menyia-nyiakan waktu dan peluang.


“Apabila kamu berada di waktu sore makajanganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di waktu pagi janganlah menunggu datangnya waktu sore. Manfaatkan masa-masa sehatmu untuk persiapan masa sakitmu dan manfaatkanlah masa hidupmu untuk persiapan masa-masa kematianmu.” ( HR. Bukhari)

Dari Sinilah Kami Memulai

Dari Sini Kami Memulai
            Mengapa kami berada dijalan ini ?
Melangkah dijalan ini merupakan bagian dari rasa syukur kami atas hidayah Allah Swt kepada kami. J
Rasulullah pernah berpesan “ Barang siapa mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapat

pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.” (HR.Muslim)
“Sesungguhnya Allah, para Malaikat, semut yang ada didalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”(HR.Tirmidzi)

Mengapa kami berada dijalan da’wah ?
Karena da’wah akan menjadi penghalang turunnya azab Allah SWT.
Rasulullah saw dalams ebuah hadits nya juga mengisyaratkan azab Allah swt atas orang-orang yang meninggalkan da’wah dan kewajiban amar ma’ruf nahyul mungkar.
Seperti dikatakan Imam Al Ghazali :”Hendaknya orang yang ingin berpergian memilih teman. Jangan ia keluar seorang diri. Pilih teman dahulu barulah tempuh perjalanan. Sesungguhnya orang itu tergantung agama temannya. Dan seseorang tidak dikenal kecualidengan melihat siapa temannya..” (ihya’ ulumiddin, 2/202)
“Andai manusia mengetahui apa yang akan dialami seseorang jika ia seorang diri, niscaya tak ada orang yang menempuh perjalanan malam seorang diri.” (Fath Al Bary, 6/138)
Maka dari itu salah satu syarat perjalanan itu adalah : Ar rafiiq ash shaalih (teman yang baik).
Saling bersatu dan membantu, tidak sendiri-sendiri dan melakukan pekerjaan dalam kebaikan dan ketaqwaan secara berjamaah itulah arti dari Amal jama’i.
Dalam da’wah, para Pemimpin adalah mereka yang memiliki keistimewaan dalam akhlak, ukhuwwah, idariyah (manajemen) dan wawasan ilmunya. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al Ghazali “ Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan  teman-temannya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mudah diminta persetujuan dalam urusan penting, menetukan arah perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Tidak ada kerusakan kecuali karena pengatur alam semesta ini adalah satu.”(Ihya Ulumiddin,2/202)
Dalam kehidupan, interaksi terkadang memunculkan jarak, ketidaknyamanan, perbedaan pendapat, perselisihan, bahkan ketidaksukaan hingga kebencian dan permusuhan dan ini diperlukan sebuah jiwa yang toleran dan bisa memahami secara lebih bijak menyikapi sifat dan karakter sesama saudara di jalan ini.
Rasulullah bersabda :” Jika ada seorang yang mencacimu dan menghinamu dengan suatu yang ia ketahui ada pada dirimu, maka janganlah engkau kembali melakukan hal yang sama lantaran ada sesuatu yang engkau ketahui ada pada dirinya. Karena dengand emikian engkau akan mendapatkan pahal dan ia akan mendapatkan dosanya. Dan janganlah engkau mencaci seorangpun.”(Al Ahaadits Shahihah, Al Albani no.770)
Kebersamaan buka tanpa perselisihan, namun kebersamaan membutuhkan kekompakan, kesepakatan, kesesuaian, kedekatan, dan keintiman.



            Dunia ini hanyalah jembatan, bukan tempat tinggi apalagi tujuan yang dikehendaki.
            Ibnul Al Jauziyah rahimahullah menyebutkan ada tiga kelompok manusia yaitu :
1.      Kelompok Zaalimun li nafsihi merupakan orang-orang yang lalai dalam mempersiapkan bekal.
2.      Kelompok Muqtashid merupakan mereka yang mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampa ke tujuan perjalanan.
3.      Kelompok Sababiqun bil khairat, yaitu orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dan sebaik-sebaiknya perbekalan itu adalah : Taqwa . barangsiapa diantara kita yang minim ketaqwaannya , maka ia akan semakin melemah dan tidak mampu mengikuti perjalanan ini.

Kampanye Hitam Pilpres ( Black Campaign )

Genderang pemilihan presiden yang ditabuh mulai menguras emosi publik. segala upaya dan strategi handal telah dikerahkan oleh tiap-tiap kubu kompetitor untuk menggaet simpatik dan dukungan seluas-luasnya.
Namun ditengah adu strategi politik pemenangan kedua kubu tersebut, atmosfir pilpres mulai tercoreng oleh aksi kampanye hitam yang berupaya membunuh etika demokrasi. bermacam-macam jurus liar  kampanye hitam terhadap masing-masing pasangan dipropagandan dan disebarluaskan melalui media massa maupun elektronik guna membangun permusuhan dan anti empatik oleh publik terhadap pasangan capres tertentu.
pada akhirnya persatuan selama ini menjadi penuh ketidakpastian di kemudian hari. dan itupun hanya menyisakan satu kepastian yaitu keretakan yang tertunda.
ketika pemerintahan tidak seperti yang diharapkan , rakyat akan membangun dan memperluas jejaring guna mengusung opini dan sikap yang sama bahwa rezim harus dkritik bahkan merencanakan aksi perlawanan. sehingga tidak heran jika pada saat tertentu akan muncul calon penguasa baru yang membuat persatuan menjadi pecah. inilah yang dimaksud dengan  " keretakan yang tertunda ".
semua kini menjadi buyar..!!
gara-gara berbeda dalam dalam hal kepada siapa dukungan ditujukan . padahal sama-sama diketahui bahwa dalam pemilu banyak orang memperjuangkan kemenangan sosok atau parpol untuk mengentas kemelaratan mereka. sungguh ironis.
Parahnya, sebuah kompetisi yang seharusnya dipergunakan untuk memamerkan keunggulan jagoan masing-masing telah ternodai oleh perlakuan yang lebih banyak memfitnah atau menjelek-jelekkan lawan. Kampanye yang sejatinya dirancang secara bertahap dan berkelanjutan untuk mempengaruhi opini dan menjadi pembelajaran bagi khalayak sasaran dalam memutuskan pilihan malah dijadikan kampanye yang bersifat ujuk-ujuk dan temporal-pragmatis diperuntukan menjungkal rival politik.

Undang-undang pemilu sampai pada saat ini masih belum mampu mengcover berbagai indikasi pelanggaran kampanye. dan ini harus dikembalikan ke publik yang harus jeli menimbang sikap agar tidak mudah termakan agitasi yang membodohi bahkan menghasut. kemudian bagi kandidat peserta pilpres diwajibkan menjalin suatu komunikasi politik yang beradab, penuh cinta dan kasih sayang sebagaimana dikatakan George W bush bahwa : Politik yang buruk dan kejam harus dilawan dengan politik penuh bahasa kasih dan rasa kemanusiaan.

Isu yang dimunculkan sebelum kampanye resmi oleh pasangan calon dengan black campaign bisa berdampak pada pemilih yang berubah menjadi apatis. karena informasi yang disampaikan tidak membuat mereka optimis, namun saling menjatuhkan dan dan menjelekkan.
Kampanye hitam membuat pemilih menilai tidak ada sisi yang baik dari kandidat yang bertarung dalam pilpres. dan ini harus menjadi perhatian penting bagi para calon agar bisa lebih mengedepankan visi misi serta program.
salamku untuk tanah airku
Argadian yoga praditya


Argadian Yoga Praditya
@argadian_p

ADA APA DENGAN UJIAN NASIONAL ?



ini merupakan sebuah hal yang patut diperhatikan dan ditanggapi mengenai permasalahan serta kemelut yang terjadi setiap tahun mengenai Ujian Nasional.



seorang siswa sekolah menengah atas ( SMA ) berusaha mengungkapkan apa yang ia rasakan, apa yang ia alami tentang Ujian Nasional. berikut ulasannya .







Sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS, saya justru punya banyak pertanyaan yang saya pendam dalam hati saya. Banyak beban pikiran yang ingin saya utarakan kepada Bapak Menteri Pendidikan. Tapi tenang saja, Bapak tidak perlu menjadi pembaca pikiran untuk tahu semua itu, karena saya akan menceritakannya sedikit demi sedikit di sini. Dari berbagai kekalutan dan tanda tanya yang menyesaki otak sempit saya, saya merumuskannya menjadi tiga poin penting...




Pertama, tentang kesamarataan bobot pertanyaan-pertanyaan UNAS, yang tahun ini Alhamdulillah ada dua puluh paket.




Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat... pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Bahasa Indonesia bisa membuat 20 soal yang berbeda, dengan tingkat kesulitan yang sama, untuk satu SKL saja? Pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Biologi membuat 20 soal yang berbeda, dengan taraf kesulitan yang sama, hanya untuk satu indikator 'menjelaskan fungsi organel sel pada tumbuhan dan hewan'?




Menurut otak sempit saya, sejujurnya, itu mustahil. Mau tidak mau akan ada satu tipe soal yang memuat pertanyaan dengan bobot lebih susah dari tipe lain. Hal ini jelas tidak adil untuk siswa yang kebetulan apes, kebetulan mendapatkan tipe dengan soal susah sedemikian itu. Sebab orang tidak akan pernah peduli apakah soal yang saya terima lebih susah dari si A atau tidak. Manusia itu makhluk yang seringkali terpaku pada niai akhir, Pak. Orang tidak akan pernah bertanya, 'tipe soalmu ada berapa nomor yang susah?' melainkan akan langsung bertanya, 'nilai UNASmu berapa?'.




Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, di sini Bapak akan beralasan, barangkali, bahwa jika siswa sudah belajar, maka sesusah apapun soalnya tidak akan bermasalah. Tapi coba ingat kembali, Pak, apa sih tujuan diadakannya Ujian Nasional itu? Membuat sebuah standard untuk mengevaluasi siswa Indonesia, 'kan? Untuk menetapkan sebuah garis yang akan jadi acuan bersama, 'kan? Sekarang, bagaimana bisa UNAS dijadikan patokan nasional saat antar paket saja ada ketidakmerataan bobot soal? Ini belum tentang ketidakmerataan pendidikan antar daerah, lho, Pak.




Kedua, tentang pertanyaan-pertanyaan UNAS tahun ini, yang, menurut saya, menyimpang dari SKL.




Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, saya tahu Bapak sudah mengklarifikasinya di twitter, bahwa soal tahun ini bobot kesulitannya di naikkan sedikit (saya tertawa miris di bagian kata 'sedikit' ini). Tapi, aduh, jujur saya bingung juga Pak bagaimana menanggapinya. Pertama, bobot soal kami dinaikkan hanya sampai standard Internasional. Kedua, konfirmasi itu Bapak sampaikan setelah UNAS selesai. Saya jadi paham kenapa di sekolah saya disiapkan tabung oksigen selama pelaksanaan UNAS. Mungkin sekolah khawatir kami pingsan saking bahagianya menemui soal-soal itu, 'kan?




Bapak, saya tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti... apa yang ada di pikiran Bapak-Bapak semua saat membuat, menyusun, dan mencetak soal-soal itu? Bapak mengatakan di twitter Bapak, 'tiap tahun selalu ada keluhan siswa karena soal yang baru'. Tapi, Pak, sekali ini saja... sekali ini saja saya mohon, Bapak duduk dengan santai, kumpulkan contoh soal UNAS tahun dua ribu sebelas, dua ribu dua belas, dua ribu tiga belas, dan dua ribu empat belas. Dengan kepala dingin coba Bapak bandingkan, perbedaan tingkat kesulitan dua ribu sebelas dengan dua ribu dua belas seperti apa. Perbedaan bobot dua ribu dua belas dengan dua ribu tiga belas seperti apa. Dan pada akhirnya, coba perhatikan dan kaji baik-baik, perbedaan tipe dan taraf kerumitan soal dua ribu tiga belas dengan dua ribu empat belas itu seperti apa.




Kalau Bapak masih merasa tidak ada yang salah dengan soal-soal itu, saya ceritai sesuatu deh Pak. Bapak tahu tidak, saat hari kedua UNAS, saya sempat mengingat-ingat dua soal Matematika yang tidak saya bisa. Saya ingat-ingat sampai ke pilihan jawabannya sekalipun. Kemudian, setelah UNAS selesai, saya pergi menghadap ke guru Matematika saya untuk menanyakan dua soal itu. Saya tuliskan ke selembar kertas, saya serahkan ke beliau dan saya tunggu. Lalu, hasilnya? Guru Matematika saya menggelengkan kepalanya setelah berkutat dengan dua soal itu selama sepuluh menit. Ya... beliau bilang ada yang salah dengan kedua soal itu. Tetapi yang ada di kepala saya hanya pertanyaan-pertanyaan heran...




Bagaimana bisa Bapak menyuruh saya menjawab sesuatu yang guru saya saja belum tentu bisa menjawabnya?




Tidak diuji dulukah kevalidan soal-soal UNAS itu?




Bapak ujikan ke siapa soal-soal itu? Para dosen perguruan tinggi? Mahasiswa-mahasiswa semester enam?




Lupakah Bapak bahwa nanti yang akan menghadapi soal-soal itu adalah kami, para pelajar kelas tiga SMA dari seluruh Indonesia?




Haruskah saya ingatkan lagi kepada Bapak bahwa di Indonesia ini masih ada banyak sekolah-sekolah yang jangankan mencicipi soal berstandard Internasional, dilengkapi dengan fasilitas pengajaran yang layak saja sudah sujud syukur?




Etiskah menuntut sebelum memberi?




Etiskah memberi kami soal berstandard Internasional di saat Bapak belum mampu memastikan bahwa seluruh Indonesia ini siap untuk soal setingkat itu?




Pada bagian ini, Bapak mungkin akan teringat dengan berita, 'Pelajar Mengatakan bahwa UNAS Menyenangkan'. Kemudian Bapak akan merasa tidak percaya dengan semua yang sudah saya katakan. Kalau sudah begitu, itu hak Bapak. Saya sendiri juga tidak percaya kenapa ada yang bisa mengatakan bahwa UNAS kemarin menyenangkan. Awalnya saya malah mengira bahwa itu sarkasme, sebab sejujurnya, tidak sedikit teman-teman saya yang menangis sesudah mengerjakan Biologi. Mereka menangis lagi setelah Matematika dan Kimia. Lalu airmata mereka juga masih keluar seusai mengerjakan Fisika. Sekarang, di mana letak 'UNAS menyenangkan' itu? Bagi saya, hanya ada dua jawabannya; antara narasumber berita itu memang sangat pintar, atau dia menempuh jalan pintas...




Jalan pintas itu adalah hal ketiga yang menganggu pikiran saya selama UNAS ini. Sebuah bentuk kecurangan yang tidak pernah saya pahami mengapa bisa terjadi, yaitu joki.




Mengapa saya tidak paham joki itu bisa terjadi? Sebab, setiap tahun pemerintah selalu gembar-gembor bahwa "Soal UNAS aman! Tidak akan bocor! Pasti terjamin steril dan bersih!", tetapi ketika hari H pelaksanaan... voila! Ada saja joki yang jawabannya tembus. Jika bocor itu paling-paling hanya lima puluh persen benar, ini ada joki yang bisa sampai sembilan puluh persen akurat. Sembilan puluh persen! Astaghfirullah hal adzim, itu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir. Kemudian ajaibnya pula, yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi hal ini sepanjang yang saya lihat baru satu: menambah tipe soal! Kalau sewaktu saya SD dulu tipe UNAS hanya satu, sewaktu SMP beranak-pinak menjadi lima. Puncaknya sewaktu SMA ini, berkembang-biak menjadi 20 paket soal. Pemerintah agaknya menganggap bahwa banyaknya paket soal akan membuat jawaban joki meleset dan UNAS dapat berjalan mulus, murni, bersih, sebersih pakaian yang dicuci pakai detergen mahal.




Iya langsung bersih cling begitu, toh?




Nyatanya tidak.




Sekalipun dengan 20 paket soal, joki-joki itu rupanya masih bisa memprediksi soal sekaligus jawabannya. Peningkatan jumlah paket itu hanya membuat tarif mereka makin naik. Setahu saya, mereka bahkan bisa menyertakan kalimat pertama untuk empat nomor tententu di tiap paket agar para siswa bisa mencari yang mana paket mereka. Lho, kok bisa? Ya entah. Tidak sampai di sana, jawaban yang mereka berikan pun bisa tembus sampai di atas sembilan puluh persen. Lho, kok bisa? Ya sekali lagi, entah. Seperti yang saya bilang, kalau sudah sampai sembilan puluh persen akurat begitu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir bandang. Saat joki sudah bisa menyertakan soal, bukan hanya jawaban, maka adalah sebuah misteri Ilahi jika pemerintah masih sanggup bersumpah tidak ada main-main dari pihak dalam.




Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, saya memang hanya pelajar biasa. Tapi saya juga bisa membedakan mana jawaban yang mengandalkan dukun dan mana jawaban yang didapat karena sempat melihat soal. Apa salah kalau akhirnya saya mempertanyakan kredibilitas tim penyusun dan pencetak soal? Sebab jujur saja, air hujan tidak akan menetesi lantai rumah jika tidak ada kebocoran di atapnya.




Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat... tiga hal yang saya paparkan di atas sudah sejak lama menggumpal di hati dan pikiran saya, menggedor-gedor batas kemampuan saya, menekan keyakinan dan iman saya.




Pernah terpikirkah oleh Bapak, bahwa tingkat soal yang sedemikian inilah yang memacu kami, para pelajar, untuk berbuat curang? Jika tidak... saya beritahu satu hal, Pak. Ada beberapa teman saya yang tadinya bertekad untuk jujur. Mereka belajar mati-matian, memfokuskan diri pada materi yang diajarkan oleh para guru, dan berdoa dengan khusyuk. Tetapi setelah melihat soal yang tidak berperikesiswaan itu, tekad mereka luruh. Saat dihadapkan pada soal yang belum pernah mereka lihat sebelumnya itu, mereka runtuh. Mereka menangis, Pak. Apa kesalahan mereka sehingga mereka pantas untuk dibuat menangis bahkan setelah mereka berusaha keras? Beberapa dari mereka terpaksa mengintip jawaban yang disebar teman-teman, karena dihantui oleh perasaan takut tidak lulus. Beberapa lainnya hanya bisa bertahan dalam diam, menggenggam semangat mereka untuk jujur, berdoa di antara airmata mereka... berharap Tuhan membantu.




Saya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan teman-teman yang terpaksa curang setelah mereka belajar tetapi soal yang keluar seperti itu. Kami mengemban harapan dan angan yang tak sedikit di pundak kami, Pak. Harapan guru. Harapan sekolah. Harapan orangtua. Semakin jujur kami, semakin berat beban itu. Sebelum sampai di gerbang UNAS, kami telah melewati ulangan sekolah, ulangan praktek, dan berbagai ulangan lainnya. Tenaga, biaya, dan pikiran kami sudah banyak terkuras. Tetapi saat kami menggenggam harapan dan doa, apa yang Bapak hadapkan pada kami? Soal-soal yang menurut para penyusunnya sendiri memuat soal OSN. Yang benar saja, Pak. Saya tantang Bapak untuk duduk dan mengerjakan soal Matematika yang kami dapat di UNAS kemarin selama dua jam tanpa melihat buku maupun internet. Jika Bapak bisa menjawab benar lima puluh persen saja, Bapak saya akui pantas menjadi Menteri. Kalau Bapak berdalih 'ah, ini bukan bidang saya', lantas Bapak anggap kami ini apa? Apa Bapak kira kami semua ini anak OSN? Apa Bapak kira kami semua pintar di Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris sekaligus? Teganya Bapak menyuruh kami untuk lulus di semua bidang itu? Sudah sepercaya itukah Bapak pada kecerdasan kami?




Tidak.




Tentu saja Bapak tidak sepercaya itu pada kami. Sebab jika Bapak percaya, Bapak tidak akan sampai terpikir untuk membuat dua puluh paket soal, padahal lima paket saja belum tentu bobot soal kelima paket itu seratus persen sama. Jika Bapak percaya, Bapak tidak akan sengaja meletakkan persentase UNAS di atas persentase nilai sekolah untuk nilai akhir kami, padahal belum tentu kemurnian nilai UNAS itu di atas kemurnian nilai sekolah. Jika Bapak percaya, Bapak tidak akan merasa perlu untuk melakukan sidak. Jika Bapak percaya... mungkin Bapak bahkan tidak akan merasa perlu untuk mengadakan UNAS.




.........




.........




.........




Anda akan mengatakan kalimat klise itu, Pak, bahwa nilai itu tidak penting, yang penting itu kejujuran.




Tapi tahukah, bahwa kebijakan Bapak sangat kontradiktif dengan kata-kata Bapak itu? Bapak memasukkan nilai UNAS sebagai pertimbangan SNMPTN Undangan. Bapak meletakkan bobot UNAS (yang hanya berlangsung tiga hari tanpa jaminan bahwa siswa yang menjalani berada dalam kondisi optimalnya) di atas bobot nilai sekolah (yang selama tiga tahun sudah susah payah kami perjuangkan) dalam rumus nilai akhir kami. Bapak secara tidak langsung menekankan bahwa UNAS itu penting, dan itulah kenyataannya, Pak. Itulah kenyataan yang membuat kami, para pelajar, goyah. Takut. Tertekan. Tahukah Bapak bahwa kepercayaan diri siswa mudah hancur? Pertahanan kami semakin remuk ketika kami dihadapkan oleh soal yang berada di luar pengalaman kami. Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelumnya? Bahwa soal yang di luar kemampuan kami, soal yang luput Bapak sosialisasikan kepada kami meskipun persiapan UNAS tidak hanya satu-dua minggu dan Bapak sebetulnya punya banyak kesempatan jika saja Bapak mau, sesungguhnya bisa membuat kami mengalami mental breakdown yang sangat kuat? Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelum memutuskan untuk mengeluarkan soal-soal tidak berperikesiswaan itu dalam UNAS, yang notabene adalah penentu kelulusan kami?




Pada akhirnya, Pak, izinkan saya untuk mengatakan, bahwa apa yang sudah Bapak lakukan sejauh ini tentang UNAS justru hanya membuat kecurangan semakin merebak. Bapak dan orang-orang dewasa lainnya sering mengatakan bahwa kami adalah remaja yang masih labil. Masih dalam proses pencarian jati diri. Sering bertingkah tidak tahu diri, melanggar norma, dan berbuat onar. Tapi tahukah, ketika seharusnya Bapak selaku orangtua kami memberikan kami petunjuk ke jalan yang baik, apa yang Bapak lakukan dengan UNAS selama tiga hari ini justru mengarahkan kami kepada jati diri yang buruk. Tingkat kesulitan yang belum pernah disosialisasikan ke siswa, joki yang tidak pernah diusut sampai tuntas letak kebocorannya, paket soal yang belum jelas kesamarataan bobotnya, semua itu justru mengarahkan kami, para siswa, untuk mengambil jalan pintas. Sekolah pun ditekan oleh target lulus seratus persen, sehingga mereka diam menghadapi fenomena itu alih-alih menentang keras. Para pendidik terdiam ketika seharusnya mereka berteriak lantang menentang dusta. Kalau perlu, sekalian jalin kesepakatan dengan sekolah lain yang kebetulan menjadi pengawas, agar anak didiknya tidak dipersulit.




Sampai sini, masih beranikah Bapak katakan bahwa tidak ada yang salah dengan UNAS? Ada yang salah, Pak. Ada lubang yang menganga sangat besar tidak hanya pada UNAS tetapi juga pada sistem pendidikan di negeri ini. Siapa yang salah? Barangkali sekolah yang salah, karena telah membiarkan kami untuk menyeberang di jalur yang tak benar. Barangkali kami yang salah, karena kami terlalu pengecut untuk mempertahankan kejujuran. Barangkali joki-joki itu yang salah, karena mereka menjual kecurangan dan melecehkan ilmu untuk mendapat uang.




Tapi tidak salah jugakah pemerintah? Tidak salah jugakah tim penyusun UNAS? Tidak salah jugakah tim pencetak UNAS? Ingat Pak, kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Bukankah sudah menjadi tugas Bapak selaku yang berwenang untuk memastikan bahwa kesempatan untuk berlaku curang itu tidak ada?




Mungkin Bapak tidak akan percaya pada saya, dan Bapak akan berkata, "Kita lihat saja hasilnya nanti."




Kemudian sebulan lagi ketika hasil yang keluar membahagiakan, ketika angka delapan dan sembilan bertebaran di mana-mana, Bapak akan melupakan semua protes yang saya sampaikan. Bapak akan menganggap ini semua angin lalu. Bapak akan berpesta di atas grafik indah itu, menggelar ucapan selamat kepada mereka yang lulus, kepada tim UNAS, kepada diri Bapak sendiri, dan Bapak akan lupa. Bapak yang saya yakin sudah berkali-kali mendengar pepatah 'don't judge a book by its cover', akan lupa untuk melihat ke balik kover indah itu. Bapak akan melupakan kemungkinan bahwa yang Bapak lihat itu adalah hasil kerja para 'ghost writer UNAS'. Bapak akan lupa untuk bertanya kepada diri Bapak, berapa persen dari grafik itu yang mengerjakan dengan jujur? Kemudian Bapak akan memutuskan bahwa Indonesia sudah siap dengan UNAS berstandard Internasional, padahal kenyataannya belum. Joki-jokinyalah yang sudah siap, bukan kami. Mengerikan bukan, Pak, efek dari tidak terusut tuntasnya joki di negeri ini? Mengerikan bukan, Pak, ketika kebohongan menjelma menjadi kebenaran semu?




Bapak, tiga hari ini, kami yang jujur sudah menelan pil pahit. Pil pahit karena ketika kami berusaha begitu keras, beberapa teman kami dengan nyamannya tertidur pulas karena sudah mendapat wangsit sebelum ulangan. Pil pahit karena ketika kami masih harus berjuang menjawab beberapa soal di waktu yang semakin sempit, beberapa teman kami membuat keributan dengan santai, sedangkan para pengawas terlalu takut untuk menegur karena sudah ada perjanjian antar sekolah. Pil pahit, karena kami tidak tahu hasil apa yang akan kami terima nanti, apakah kami bisa tersenyum, ataukah harus menangis lagi...




Berhentilah bersembunyi di balik kata-kata, "Saya percaya masih ada yang jujur di generasi muda kita". Ya ampun Pak, kalau hanya itu saya juga percaya. Tetapi masalahnya bukan ada atau tidak ada, melainkan berapa, dan banyakan yang mana? Sebab yang akan Bapak lihat di grafik itu adalah grafik mayoritas. Bagaimana jika mayoritas justru yang tidak jujur, Pak? Cobalah, untuk kali ini saja tanyakan ke dalam hati Bapak, berapa persen siswa yang bisa dijamin jujur dalam UNAS, dibandingkan dengan yang hanya jujur di atas kertas?




(Ngomong-ngomong, Pak, banyak dosa bisa menyebabkan negara celaka. Kalau mau membantu mengurangi dosa masyarakat Indonesia, saya punya satu usul efektif. Hapuskan kolom 'saya mengerjakan ujian dengan jujur' dari lembar jawaban UNAS.)




UNAS bukan hal remeh, Pak, sama sekali bukan; terutama ketika hasilnya dijadikan parameter kelulusan siswa, parameter hasil belajar tiga tahun, sekaligus pertimbangan layak tidaknya kami untuk masuk universitas tujuan kami. Jika derajat UNAS diletakkan setinggi itu, mestinya kredibilitas UNAS juga dijunjung tinggi pula. Mestinya tak ada cerita tentang soal bocor, bobot tidak merata, dan tingkat kesulitan luput disosialisasikan ke siswa.




Kejujuran itu awalnya sakit, tapi buahnya manis.




Dan saya tahu itu, Pak.




Tapi bukankah Pengadilan Negeri tetap ada meski kita semua tahu keadilan pasti akan menang?




Bukankah satuan kepolisian masih terus merekrut polisi-polisi baru meski kita semua tahu kebenaran pasti akan menang?




Dan bukankah itu tugas Bapak dan instansi-instansi pendidikan, untuk menunjukkan pada kami, para generasi muda, bahwa kejujuran itu layak untuk dicoba dan tidak mustahil untuk dilakukan?




Kejujuran itu awalnya sakit, buahnya manis.




Tapi itu bukan alasan bagi Bapak untuk menutup mata terhadap kecurangan yang terjadi di wilayah kewenangan Bapak.




Kami yang berusaha jujur masih belum tahu bagaimana nasib nilai UNAS kami, Pak. Tapi barangkali hal itu terlalu remeh jika dibandingkan dengan urusan Bapak Menteri yang bejibun dan jauh lebih berbobot. Maka permintaan saya mewakili teman-teman pelajar cuma satu; tolong, perbaikilah UNAS, perbaikilah sistem pendidikan di negeri ini, dan kembalikan sekolah yang kami kenal. Sekolah yang mengajarkan pada kami bahwa kejujuran itu adalah segalanya. Sekolah yang tidak akan diam saat melihat kadernya melakukan tindak kecurangan. Kami mulai kehilangan arah, Pak. Kami mulai tidak tahu kepada siapa lagi kami harus percaya. Kepada siapa lagi kami harus mencari kejujuran, ketika lembaga yang mengajarkannya justru diam membisu ketika saat untuk mengamalkannya tiba...




Dari anakmu yang meredam sakit,




Pelajar yang baru saja mengikuti UNAS





entah dari mana dan siapa penulis surat kecil dengan harapan besar ini. semoga tujuan tulisan ini sampai kepada yang ditujukan. Aamiin..









Akankah mereka semua mampu memberikan senyum terbaik dan tangisan kebahagiaan dipenghujung kisah masa putih abu-abu mereka ? mari kita sama-sama berdoa untuk seluruh pejuang atau pasukan tentara Putih Abu-abu serta untuk negeri tercinta ini.

Advertisement

Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, mati masuk surga,.. InsyaAllah

Popular