Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, meninggalkan dunia untuk surga,.. InsyaAllah

maritime tourism, Historical heritage and cultural resource in Suak Gual, Indonesia (wisata bahari, sejarah dan budaya di pulau mendanau bangka belitung )

Pesona mercusuar tanjung lancor dari laut Pesona pariwisata dan khasanah alam budaya memiliki prospek yang cukup potensial untuk me...

Tinggalkan Beasiswa Bidik Misi

Ketika aku meninggalkan harta karunnya mahasiswa (BIDIK MISI)

Akhir-akhir ini universitas riau dihebohkan oleh banyak persoalan yang menyangkut antara hak dan kewajiban mahasiswa. Salah satu adalah pencairan beasiswa bidik misi yang terkesan lambat ditambah lagi kurangnya tranparansinya informasi akan keterlambatan beasiswa tersebut.
Berbicara mengenai beasiswa bidik misi, maka saya merasa terkesan dengan dengan beasiswa ini. Siapa yang tidak mau mendapatkan uang jutaan..? siapa yang tidak menginginkan kehidupan yang lebih baik dengan uang tersebut..? bagi sebagian orang ini merupakan harta karun yang harus didapatkan untuk menambah keuangannya, dan tidak sedikit juga yang mengharapkan hidup dan matinya dengan beasiswa ini ditengah-tengah keterbatasan ekonomi.
Sebelumnya saya pernah menulis “Ketika beasiswa dijadikan ajang mencari uang”. Disana saya sebagai mahasiswa merasa miris dan prihatin. Ketika kita sebagai orang yang berkehidupan cukup dan mampu, malah berebut antrian dan saling bunuh dengan mahasiswa yang benar-benar membutuhkan uang tersebut. Itu masih dalam jalur pendaftaran yang sesuai alur. Nah bagaimana dengan cerita-cerita miring tentang nepotisme, dan unsur sogok menyogok untuk mendapatkan uang secara Cuma-Cuma. Sebuah rahasia umum yang semua orang sudah tau.
“Mungkin yang nulis iri karena tidak mendapatkan beasiswa”,
“uang pemerintah harus dimanfaatin, rugi dong kalau dibiarin”.
Saya tekankan kembali, saya bukan iri ataupun dengki. Saya dan bidik misi sudah saling berkenalan ketika saya belum menginjakan kaki didunia perkuliahan. Sebagai seseorang siswa yang didaftarkan sekolah untuk mengikuti SNMPTN Undangan dan juga direkomendasikan beasiswa bidik misi. SNMPTN undangan tidak lolos namun beasiswa bidik misi masih bisa digunakan. SNMPTN tertulis merupakan saksi bisu saya memakai uang bidik misi untuk pertama kali (150.000) atau free bagi siswa yang direkomendasikan bidik misi. Dan saya dinyatakan lulus di salah satu PTN di Riau dan PTN di Surakarta. Namun dikarenakan pendaftaran di UNRI bergandengan dengan bidik misi, maka saya harus merelakan kuliah di pulau jawa dengan harapan beasiswa tersebut.
Namun Ada sesuatu yang berbeda ketika saya mulai memahami lebih jauh tentang bidik misi. Yaa, bidik misi merupakan beasiswa untuk mahasiswa yang mempunyai masalah ekonomi (kurang mampu). Sebagai seseorang yang masih sadar dan waras, maka ini ganjil dan aneh, saya pun segera berkonsultasi dengan orang tua. Alhasil, orang tua melarang, dan ayah sebagai orang yang paling menentang untuk melanjutkan beasiswa tersebut. Beliau berpesan kepada saya ,”silahkan saja kamu mencari dan mendaftar beasiswa, tapi jangan yang menggunakan label kurang mampu. Kita semua masih berkecukupan, dan ayah masih bisa membiayai kuliahmu meskipun harus bersusah payah, dari pada harus merendah dan mendo’akan kita jadi miskin, ayah pernah merasakan hidup susah, maka jangan pernah mengambil hak orang yang seharusnya mendapatkannya.” Lebih kurang itulah pesan beliau kepada saya ketika itu.
Maka saya yakinkan bahwa uang pendaftaran itu merupakan uang bidik misi pertama kali dan terakhir kali yang akan saya gunakan.dan memutuskan untuk tidak melanjutkan beasiswa tersebut.
Mari sejenak kita melihat di laman-laman media social. Berapa orang yang berani menyuarakan kegelisahannya tentang lambatnya pencairan bidik misi..?.tidak sampai ratusan orang. Sementara berapa ribu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa bidik misi tersebut..? belum lagi jika kita bagi ratusan mahasiswa yang mengeluh tersebut menjadi “mahasiswa yang peduli” dan “mahasiswa yang membutuhkan”..? berapa puluh orang yang bertipe peduli..? lalu sisanya, berapa orang yang benar-benar membutuhkan dan menggantungkan hidupnya dengan beasiswa tersebut..?
Saya yakin, kita semua juga telah mengetahui seperti apa kehidupan sebagian teman kita yang telah menerima beasiswa tersebut. Banyak yang berfoya-foya, tapi tidak sedikit juga untuk dijadikan tabungan. Bukankah kita bisa menilai..?
Kita selalu menghujat dan mengutuk para korupsi, karena mereka memakan hak rakyat. lantas masihkan kita selalu berebut antrian dan mengantri untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Merebut dan menggunakan yang bukan hak kita..? bukankah itu termasuk dari bagian manusia yang sering kita hujat ? maka lebih sadar dan waraslah untuk memilih beasiswa, beasiswa yang sesuai dengan porsi dan jatah kita.
Yakinlah, Allah Maha Melihat, Maha Mendengarkan dan juga Maha Mengabulkan, termasuk mengabulkan do’a dan pinta para pendaftar untuk menjadi miskin. Sesuai dengan isi surat keterangan tidak mampu plus cap dan tanda tangan palsu yang sering dibuat.
Aamiin.
Semoga membuka hati kita, maaf sudah menyinggung bagi yang tersinggung.

 1 langkah kebaikan kita akan menolong mereka yang lebih membutuhkan.

argadian yoga praditya

1 comment:

Advertisement

Hijrah Hati menuju taqwa, menelusuri jejak sang idola, kecil dibina, remaja terjaga, muda bersahaja, keluarga bahagia, tua sejahtera, mati masuk surga,.. InsyaAllah

Popular